Sabtu, 27 Mei 2017

Melawan Berita Hoax



Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Hai sobat, bertemu lagi nih bersamaku Inayah Al Ilahiyah.
Btw, Aku mau bagi ilmu sobat buat kalian semua. Semoga, ilmu ini bisa berguna dan bermanfaat buat kalian terutama yang membutuhkannya.

Perbedaan Info Media dengan Berita

Info media Adalah potongan pesan atau kumpulan pesan awal yang disampaikan seseorang dan diterima oleh sebuah institusi media.
Berita Adalah kumpulan info media yang telah dicek kebenarannya dan diverifikasi sebelum disampaikan kepada publik/masyarakat luas.

Perbedaan Pers dan MEDSOS

NO
Perbedaan
Produk Pers
Produk Media Sosial
1
Hasil /Output
Berita
Info
2
Cara produksi
Kompetensi wartawan
Komunikasi siapa saja
3
Kerja
Tim redaksi, ada standarisasi
Individual
4
Tanggung jawab
Adanya pertanggungjawaban
Tidak ada pertanggungjawaban
5
Batasan
Kode etik jurnalistik
Tidak ada
6
Pengelola
Badan hokum
Bebas dan memanfaatkan kemudahan teknologi
7
Identitas
Ada penanggungjawab dan alamat
Bisa dipalsukan
8
Cara penyampaian pesan
Media cetak, media online, tv, dan radio
MEDSOS (twitter, facebook, wa, line, path, instagram)
9
Sumber yang digunakan
Sumber resmi
Bisa resmi. bisa tidak jelas sumbernya, bisa hasil rekayasa

Sejarah Maraknya Berita Hoax di Indonesia

Banyak berita “gorengan” jelang pilihan legislatif dan pilihan presiden 2014. Sejumlah pemilik media membuat partai/masuk partai dan menggunakan medianya untuk berkampanye. Kemudian ada sejumlah partai membuat media baru. Banyak wartawan ikut jadi caleg atau jadi joki politik. Sejumlah wartawan merangkap jadi tim sukses. Politisi menarik-narik wartawan, mengunjungi media/organisasi wartawan. Publik kehilangan kepercayaan terhadap netralitas pers dan kebenaran isi media.

MEDSOS Menjadi Alternatif

Pada saat informasi media mainstream tak bisa dipercaya, masyarakat mencari alternatif dari media sosial. Media sosial semacam twitter dan facebook yang awal mulanya diciptakan untuk membuat update status atau menemukan kembali teman-teman lama yang berpisah berubah menjadi sarana seseorang menyampaikan pendapat politik, mengomentari pendirian orang lain.

MEDSOS Menjadi Penyebar Hoax

Grup media sosial (seperti whats app) menjadi pas karena si X mendapatkan info dari sahabatnya si Y (yang dikenai si Y). Info saling dipertukarkan dan diteruskan ke grup baru tanpa mempersoalkan dari mana asal info yang diforward tersebut.
Media sosial berubah fungsi menjadi ajang orang bertikai. Berita hoax marak.. Sejumlah orang membuat akun-akun palsu. Berita hoax marak pada saat tensi politik tinggi (menjelang PILEG, PILPRES, PILKADA).

Viral Kemarahan Akibat Hoax

Kabar bohong atau hoax beredar di dunia maya, disebar dari satu akun kea kun lain, berpindah dari facebook ke twitter, twitter ke whats app grup dan dalam beberapa jam tanpa diteahui siapa yang pertama menyebarnya, pesan itu telah mengundang amarah atau rasa takut pengguna.

Media Mainstream dan MEDSOS

Mayoritas wartawan saat ini ternyata memilih jalan paling mudah untuk menulis, menemukan ide berita, sekaligus menverifikasi sebuah fakta hanya dengan mengandalkan sumber media sosial.

Data Media Terakhir

Menurut perkiraan di Indonesia kini ada sekitar 2.000 media cetak. Namun dari jumlah tersebut hanya 321 media cetak yang memenuhi syarat disebut sebagai media profesinal (Data Pers 2015).
Sedangkan media online/siber diperkirakan mencapai angka 43.300, tapi yang tercatat sebagai media professional yang lolos verifikasi hanya 168 media online saja (menyusut dari data 2014 yang mencapai 243 media online). Selain itu hingga akhir 2014 tercatat ada 674 media radio dan 523 media televisi.

Berita Bermasalah

Berita bermasalah dibagi menjadi tiga, diantaranya adalah;
1.        Berita abal-abal
·      Cara : membuat berita miring, memojokkan, menuduh.
·      Tujuan : pihak yang diserang mengajak ber”damai”, memasang iklan atau berlangganan.
·      Pembuat : wartawan abal-abal.
2.        Berita buzzer
·      Cara : membuat berita untuk tujuan tertentu dan kemudian disebarluaskan melalui media sosial.
·      Tujuan : mendapatkan pengikut dan memenangkan opini.
·      Pembuat : pihak yang dibayar oleh pemilik kepentingan.
3.        Berita hoax
·      Cara : berita bohong sengaja dibuat agar jadi perbincangan di masyarakat.
·      Tujuan : mendapatkan keuntungan karena banyak orang meng“klik” situs dan memforward berita.
·      Pembuat : amatir yang mencari keuntungan, orang iseng, kelompok bayaran.

Ragam Media Online/Cetak

Bisa dibedakan dalam 4 kuadran
Kuadran
Gambaran Media/Model Jurnalisme
Pertama
1.      Memiliki status jelas (terverifikasi di dewan pers)
2.      Ada penanggungjawab dan alamat redaksi
3.      Memenuhi syarat UU dan peraturan DP
4.      Dikelola oleh wartawan berkompeten
5.      Isi menaati KEJ
6.      Membela kepentingan umum (dan menjalan fungsi pers secara benar)
Ke dua
1.      Status kurang jelas (belum memenuhi syarat badan hokum, sebagaian terdaftar di DP)
2.      Tapi isinya menaati  KEJ dan menjalankan fungsi pers secara benar
3.      Menjalankan fungsi jurnalistik dengan benar, sebagaian memiliki penanggungjawan dan mencantumkan alamat redaksi
Ke tiga
1.      Status tak jelas (juga tak terdaftar di DP)
2.      Tak mencantumkan penanggungjawab dan alamat redaksi
3.      Bermuatan negatif
4.      Beritanya berisi kebohongan dan memutar balik fakta
5.      Mengumbar isu SARA
Ke empat
1.      Status terdaftar atau terverifikasi di DP
2.      Secara konten tak sesuai dengan standard jurnalistik
3.      Banyak melanggar KEJ

Upaya Dewan Pers
1.        Mengembalikan otoritas pemegang kebenaran faktual kepada media mainstream.
2.   Memberikan logo/QR code (tanda media terverifikasi) kepada media media yang terverifikasi di dewan pers.
3.       Memberlakukan standar kompetensi wartawan/jurnalis.

Penyalahgunaan IPTEK
1.   Sarana teknologi tidak digunakan untuk memajukan kemanusiaan, tapi digunakan untuk hal-hal negatif.
2.       Ilmu pengetahuan dan teknologi disalahgunakan untuk hal-hal negatif.
3.       Negara harus melakukan sesuatu untuk mencegahnya.

Dewan Pers Mendukung Masyarakat Anti Hoax
1.    Hal ini adalah upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada berita-berita yang benar.
2.       Upaya mengembalikan otoritas kebenaran faktual media arus utama.
3.       Mengembalikan kepercayaan pada profesi jurnalis.

Udah dulu ya sobat, untuk hari ini. Aku minta maaf, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati kalian. Karena, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. semata. Aku tunggu sobat, saran dan koment dari kalian karena dengan itu, Aku bisa memperbaiki penulisanku ini. Sampai berjumpa lagi sobat, dipertemuan yang akan datang. See you.
Wasslamu’alaikum Wr. Wb.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar