Senin, 17 April 2017

Penulisan dalam Berita (Judul, Teras dan Badan Berita)



Assalamu’alaikum Wr. Wb.
 
Hai sobat, bertemu lagi nih bersamaku Inayah Al Ilahiyah.
Btw, Aku mau bagi ilmu sobat buat kalian semua. Semoga, ilmu ini bisa berguna dan bermanfaat buat kalian terutama yang membutuhkannya. Kali ini sobat, Aku akan membagi ilmu ke kalian semua tentang penulisan berita.


A.  Penulisan Judul Berita
Judul berita, disebut juga kepala berita atau handline news, harus dibuat sedemikian rupa sehingga tampak menarik dan “hidup”. Membuat judul lebih “hidup” dan lebih menarik perhatian, lazim dibuat dengan menanggalkan prefiks me- atau prefiks ber- yang ada pada verba atau kata kerjanya; padahal pada bahasa ragam baku kedua prefiks itu harus ditampilkan. Ada yang mengatakan bahwa penanggalan prefiks ber- dan prefiks me- adalah dalam rangka “hemat bahasa” karena salah satu ciri utama bahasa jurnalistik adalah menggunakan bahasa secara hemat, yang mereka sebut “ekonomi bahasa”. Namun, menurut Rosihan Anwar (1991), seorang tokoh wartawan senior Indonesia, hal itu tidak seratus persen benar. Menurutnya, penanggalan prefiks ber- dan me- pada judul berita adalah semata-mata untuk menjadikan judul berita menjadi tampak lebih “hidup” dan menarik. bila prefiks itu tidak ditanggalkan, maka judul itu menjadi tampak formal, kurang hidup dan kurang menarik karena seperti dalam penggunaan bahasa biasa. Rosihan Anwar (1991) menyatakan bahwa judul berita harus dalam kalimat aktif. Dengan demikian dalam judul itu ada sebuah verba. Tanpa verba, judul berita itu menjadi “mati”, tidak “hidup”. Judul berita tanpa verba itu lazim disebut “judul berita merek/cap”.
Dalam dunia jurnalistik ada ungkapan terkenal tentang judul berita. Bunyinya Man Bite Dog (orang menggigit anjing), yang menurut Rosihan Anwar (1991) judul kelas wahid. Karena yang biasa terjadi adalah “anjing menggigit orang”, bukan orang menggigit anjing. Kalau ada anjing menggigit orang bukanlah berita; tetapi kalau sebaliknya, barulah merupakan berita besar. Selain itu, judul berita juga harus mencerminkan isi berita yang ditulis dalam kalimat yang ringkas dan padat itu (yang menjadi judul berita) terangkum informasi yang diutarakan pada isi berita. Dalam membuat judul berita juga tidak boleh memberi makna ganda (ambigu) pada isi berita. Ketentuan lain, judul berita hanya harus berkenaan dengan fakta-fakta yang ada dalam berita. Jadi, segala sesuatu yang berkenaan dengan pendapat atau opini, komentar atau ulasan, harus dibuang dari judul berita. Andaikata si penulis berita ingin menyampaikan pendapatnya atau opini sendiri mengenai berita yang ditulisnya, maka pendapat atau opini itu diletakkan pada paragraf dari badan berita.
Judul-judul panjang seperti ini lazim dibuat oleh koran atau majalah yang disebut the yellow paper atau the yellow journal, yaitu koran atau majalah yang biasa membuat berita sensasi. Jadi, prinsip hemat tempat pada koran kuning (yellow paper) ini memang tidak ada. Yang penting menarik pembaca; dan daya jualnya meningkat.


B.   Penulisan Teras Berita
Dalam jurnalistik Indonesia ada beberapa istilah untuk menyebut teras berita (dalam bahasa inggris adalah lead), yaitu pengantar berita, awal berita, dan intro. Dalam buku ini digunakan istilah teras berita, istilah yang ditetapkan oleh kantor berita “Antara” (Rosihan Anwar 1991).
Teras berita adalah bagian yang penting dari sebuah berita, yang ditempatkan pada paragraf pertama di bawah judul berita. Teras berita dapat berupa sebuah kalimat atau beberapa kalimat (dua atau tiga buah kalimat) yang terikat pada sebuah paragraf. Teras berita ini harus menarik dan ditulis dalam kalimat-kalimat pendek.
Teras berita harus menggambarkan isi berita pada tubuh berita (detail). Karena itu, sebuah teras berita meskipun ditulis dalam kalimat-kalimat singkat harus membuat unsur-unsur 5W+1H. Unsur mana yang harus ditonjolkan: apakah unsur what, who, why, where, when memang banyak pendapat dengan berbagi alasan.  Namun, kecenderungan untuk menonjolkan unsur who dalam teras berita. Lebih-lebih kalau who itu adalah seorang tokoh masyarakat, tokoh nasional, tokoh internasional, atau juga seorang selebritas terkenal. Kebanyakan jurnalis menganggap teras berita dengan menonjolkan unsur who  pasti paling terpenting.
Untuk dapat menulis teras berita yang baik kiranya “Pedoman Penulisan Teras Berita” yang disepakati dalam Karya Latihan Wartawan (KLW) ke-13 PWI Pusat pada bulan Oktober 1977 patut diperhatikan. Pedoman tersebut terdiri dari sepuluh butir, yaitu:
1.        Teras berita yang menempati paragraf pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita, yang dapat terdiri lebih dari satu kalimat; akan tetapi sebaiknya jangan sampai melebihi 3 buah kalimat.
2.        Teras berita jangan melebihi dari 30 sampai 45 buah kata. Teras berita yang singkat, hanya terdiri dari 25 buah kata atau kurang dari itu adalah lebih baik.
3.        Teras berita harus ditulis sedemikian rupa sehingga:
a)   Mudah ditangkap dan mudah dimengerti; mudah diucapkan depan radio dan televisi; dan mudah diingat.
b)   Kalimat-kalimatnya singkat; sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa baku serta ekonomi bahasa; jadi, menjauhkan kata-kata mubazir.
c)    Melaksanakan prinsip “satu gagasan dalam satu kalimat”.
d)  Tidak memuatkan sekaligus semua unsur 5W dan 1H (what, who, when, where, why, dan how).
e)   Dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 5W+1H.
4.        Hal-hal yang tidak begitu mendesak, tetapi berfungsi sebagai penambah keterangan, hendaknya dimuat dalam badan berita.
5.        Dalam teras berita, sebaiknya mengutamakan unsur who. Unsur apa itu diberikan dalam ungkapan kalimat yang sesingkat mungkin yang menyimpulkan atau mengintisarikan kejadian yang diberikan.
6.        Teras berita dapat dimulai dengan unsur who apabila unsur itu adalah seorang tokoh di bidang kegiatan dan lapangannya. Akan tetapi kalau unsur who  itu tidak terlalu menonjol sebaiknya tidak dipakai dalam permulaan berita.
7.        Teras berita jarang menggunakan unsur where  pada permulaanya; sebab unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian.
8.        Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur where  dulu, baru kemudian disusul unsur when.
9.        Unsur how dan unsur why diuraikan dalam badan berita; tidak dalam teras berita.
10.    Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang, asalkan kutipan itu bukan suatu kalimat yang panjang. Lalu, dalam paragraf berikut segera ditulis nama orang itu dan tempat serta kesempatan dia membuat pernyataan.


C.  Penulisan Badan dan Penulisan Berita
Pada badan berita merupakan penjabaran atau perincian yang lebih luas tentang teras berita. Untuk bagian penutup, mungkin dikemukakan akan adanya harapan.


Udah dulu ya sobat, untuk hari ini. Aku minta maaf, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati kalian. Karena, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. semata. Aku tunggu sobat, saran dan koment dari kalian karena dengan itu, Aku bisa memperbaiki penulisanku ini. Sampai berjumpa lagi sobat, dipertemuan yang akan datang. See you.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

1 komentar:

  1. Kak, aku boleh tau sumber untuk pembahasan mengenai teras beritanya? atau itu memang ada di buku Rosihan Anwar? Terima kasih

    BalasHapus